cristoforus riko,S.Pd

Minggu, 07 Agustus 2011

UPAYA GURU PENDIDIKAN KEWRGANEGRAAN MEMELIHARA KONDISI BELAJAR YANG OPTIMAL



UPAYA  GURU  PENDIDIKAN  KEWARGANEGARAAN
MEMELIHARA KONDISI BELAJAR YANG OPTIMAL


A.  Memelihara Kondisi Belajar yang Optimal
      1.   Pengertian Kondisi Belajar yang Optimal
                       Betapapun sederhananya kegiatan belajar senantiasa memerlukan suasana yang dapat membuat siswa dapat belajar dengan baik, atau dengan kata lain diperlukan kondisi belajar yang optimal. Karena ada beberapa tipe siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar tersebut. Sebagai contoh, ada siswa yang baru dapat belajar ketika suasana tenang, ada juga yang baru dapat melaksanakan kegiatan belajar bila sambil mendengarkan musik, dan ada pula siswa yang baru dapat melaksanakan belajar jika ada temannya yang membacakan materi pelajaran tersebut.
                       Belajar merupakan suatu aktivitas yang didalamnya terdapat suatu interaksi antara siswa dengan guru. Dalam melaksanakan hubungan timbal balik tersebut diperlukan adanya suatu kondisi belajar yang optimal. Untuk dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan sebaik-­baiknya sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dan ditetapkan oleh guru, maka diperlukan adanya kondisi belajar yang optimal, menyenangkan dan menggairahkan sehingga aktivitas siswa dapat ditumbuhkembangkan. Hal itu sejalan dengan pendapat Mursell (1989:63) yang menyatakan bahwa : "Pleasant class make the student become active, and relation of among/between teacher with the student become better." Artinya kelas yang menyenangkan membuat siswa menjadi aktif, dan hubungan antara guru dengan siswa menjadi lebih baik Aktivitas siswa dalam belajar tidak mungkin akan muncul bilamana guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tersebut tidak menyediakan kondisi belajar yang menyenangkan.
                       Kondisi belajar yang optimal merupakan suatu prasyarat yang hendaknya dipenuhi oleh guru dalam setiap melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Kondisi belajar yang optimal dan terpelihara sedemikian rupa oleh guru akan menjadi kunci keberhasilan dalam belajar. Interaksi belajar mengajar di kelas sangat tergantung dari bagaimana guru memelihara kondisi belajar, jika dalam proses kegiatan belajar mengajar guru mampu memelihara kondisi atau suasana belajar yang baik, maka interaksi belajar mengajar akan berjalan dengan baik pula, sebaliknya bilamana guru gagal memelihara suasana belajar yang menyenangkan maka interaksi belajar mengajar tidak mungkin dapat tercapai dengan baik pula. Sehubungan dengan hal tersebut, Udin S. Winataputra ( 1997:4.27) menyatakan bahwa : "Kondisi belajar adalah suasana selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang menunjukkan hubungan yang selaras antara guru dengan siswa, sehingga mendorong siswa untuk secara terus menerus belajar dengan tekun".
                       Bertitik tolak dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kondisi belajar yang optimal adalah suatu keadaan dimana antara siswa dengan guru terjadi hubungan timbal balik yang menyenangkan, aktif dan kreatif selama berlangsungnya proses pembelajaran berlangsung. Dimana dengan kondisi belajar tersebut siswa dapat belajar dengan lebih baik dan lebih mantap lagi.
      2.   Manfaat Memelihara Kondisi Belajar Yang Optimal
                       Belajar memerlukan kesiapan dan kondisi yang menyenangkan, karena kondisi belajar yang menyenangkan tersebut menjadikan belajar lebih efektif. Sebagai contoh, bila seorang siswa tidak menyenangi pelajaran matematika misalnya disamping materi pelajaran itu sulit, guru yang menyampaikan mata pelajaran tersebut dianggap menakutkan. Ini mengharuskan guru untuk menyediakan kondisi belajar yang membuat siswa lebih tertarik dan tekun mempelajari matematika tersebut, misalnya dengan menerapkan hubungan yang baik antara guru dan siswa, guru memberikan penguatan yang tepat dan sebagainya.
                       Pemeliharaan kondisi belajar yang optimal oleh guru dapat memberikan keleluasaan dan kebebasan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya, karena dengan kondisi belajar yang optimal siswa dapat belajar dengan baik. Bila siswa dapat belajar dengan baik, maka diharapkan kualitas dan kuantitas belajar dapat ditingkatkan, termasuk di dalamnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
                       Berkenaan dengan itu dapat dipahami bahwa terdapat sejumlah manfaat yang dapat diambil dari penciptaan kondisi belajar yang optimal tersebut. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002:204) menegaskan bahwa :
                       Dengan menciptakan kondisi belajar yang optimal memungkinkan setiap personal mempunyai kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan kelas sesuai dengan kemampuan masing-masing, sehingga timbul suasana sosial dan emosional yang menyenangkan pada setiap personal dalam melaksanakan tugasnya masing-­masing.


                       Sejalan dengan pernyataan di atas, John Jarolinek dan Clifford D. Foster (1976:60) menyatakan bahwa manfaat menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan adalah : "Good classroom privides intelectual and physical freedom within know parameters". Dengan terjemahannya pengelolaan kelas yang baik memberikan kebebasan intelektual dan fisik dalam karakter yang ditentukan. Bertitik tolak dari beberapa pendapat tersebut maka jelas bahwa guru harus menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan.
                       Selain memelihara kondisi belajar yang optimal, guru juga harus memelihara beberapa kondisi lain dalam suatu proses pembelajaran. Menurut  Slameto (2003:157), beberapa kondisi yang dimaksudkan antara lain :
            a.   Kondisi yang fleksibel, bebas untuk berinteraksi
            b.   Kondisi lingkungan yang responsif.
            c.   Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian
            d.  Kondisi yang bebas dari tekanan

B.   Upaya Guru Memelihara Kondisi Belajar Yang Optimal
                 Untuk dapat menarik perhatian serta membangkitkan motivasi dalam belajar, maka guru harus berupaya untuk memelihara kondisi belajar yang optimal, sehingga menjamin terselenggaranya kegiatan belajar mengajar secara baik. Dengan demikian siswa dapat lebih berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya.
                 Dalam hal upaya memelihara kondisi belajar yang optimal, guru diharapkan mampu mengembangkan dan meningkatkan aktivitas belajar, yang mengarah ke pencapaian suasana belajar yang menyenangkan. Berikut merupakan, upaya guru dalam memelihara kondisi belajar yang optimal, yaitu :
      1.   Menunjukkan Sikap Tanggap
                       Guru merupakan seseorang yang harus memiliki integritas intelektual Yang memadai, karena selama ini guru menjadi tumpuhan bagi para peserta didik. Guru masih dianggap sebagai sumber pemberi informasi dan memiliki peran yang dianggap masih dominan dalam proses belajar mengajar. Kehadiran guru di kelas sampai saat ini belum dapat diganti oleh media apapun.
                       Tugas guru di dalam proses belajar mengajar sesungguhnya tidak hanya menyampaikan materi pelajaran saja, akan tetapi guru juga harus responsif terhadap segala perubahan yang terjadi di sekitar sekolah dan bahkan perubahan situasi yang terjadi di kelas. Sejalan dengan itu Udin S. Winataputra (1997:8.28) menyatakan bahwa : "Sikap tanggap yang dimiliki guru terhadap situasi kelasnya akan memungkinkan guru mengetahui dengan cepat adanya perunbahan­-perubahan di dalam kelas".
                       Guru yang memiliki sikap tanggap maka akan cepat merespon segala perubahan dan gangguan yang terjadi di kelasnya pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Sikap tanggap guru di kelas dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan seperti dijelaskan dibawah ini:
            a)   Memandang Secara Seksama
                            Dalam proses belajar mengajar siswa disebut sebagai subyek yang terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan secara aktif siswa dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan untuk dapat memberikan pengalaman belajar. Kadang-kadang ketika sedang terjadi kegiatan belajar mengajar ada gangguan yang mendadak, seperti salah seorang siswa kaget karena ada cecak yang jatuh tepat dipundaknya. Kontan siswa tersebut menjerit dan kelas menjadi ribut, dan perubahan seperti ini hendaknya segera diantisipasi oleh guru dengan respon yang positif. Sehingga suasana belajar mengajar menjadi tertib dan tenang kembali, siswa kemudian dapat melanjutkan pelajarannya dengan baik.
                            Tidak juga jarang, ada siswa yang secara sengaja membuat suasana ribut dengan melakukan tindakan yang meminta perhatian teman-temannya. Terhadap suasana seperti ini dan atau perubahan tingkah laku di kelas seperti ini, guru hendaknya segera mengambil tindakan. Tindakan yang biasanya pantas dan sering dilakukan oleh guru adalah dengan memandang keseluruh kelas dan menatap siswa satu persatu. Secara psikologis bila guru telah berani memandang siswa satu demi satu, maka guru tersebut dinyatakan berhasil mengendalikan kelas dengan baik.
                            Berkenaan dengan itu Udin S. Winataputra (1997:8.28) menyatakan bahwa : "Guru dapat memandang siswa dengan seksama untuk melakukan interaksi dengan siswa baik secara individual maupun secara kelompok". Pandangan mata guru yang diarahkan kepada siswa memiliki makna khusus, yaitu bahwa dengan pandangan tersebut guru mau dan bersedia untuk memperhatikan segala aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Drouin and Alain Dubos (1988) menyatakan bahwa : “Teacher sight addressed to seleluh column give the special meaning that teacher ready to pay attention to the change that happened in class, and this action represent one of way of curing student attention”. Artinya adalah pandangan mata guru yang ditujukan ke seleruh ruangan memberikan arti khusus bahwa guru bersedia memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi di kelas, dan tindakan ini merupakan salah satu cara memulihkan perhatian siswa.
                            Memandang siswa secara seksama dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu upaya guru untuk memulihkan kembali perhatian siswa kepada apa yang sedang dipelajari. Ahmad Rohani (2004:20) menyatakan bahwa : "Pada saat proses pengajaran berlangsung, seharusnya guru berupaya agar peserta didik memusatkan perhatian (konsentrasi)". Karena dengan konsentrasi secara penuh akan membangkitkan minat siswa untuk menaruh perhatian dalam pengajaran dan menimbulkan daya konsentrasi itu sendiri".
                            Dalam situasi yang kurang baik karena di kelas sedang terjadi keributan, maka hendaknya guru mampu menenangkan kembali suasana belajar tersebut dengan cara memandang secara seksama keseluruh ruang kelas terutama kepada sumber terjadinya keributan. Syaiful Bahri Djamarah (2000:150) menyatakan bahwa : "Memandang secara seksama dapat mengundang dan melibatkan anak didik dalam kontak pandang serta interaksi antar pribadi. Hal ini ditampakkan dalam pendekatan guru untuk bercakap-cakap, bekerjasama, dan menunjukkan rasa persahabatan".
                            Dengan demikian maka proses pembelajaran akan dapat berjalan lancar, dan gangguan kecil yang terjadi di kelas segera dapat diantisipasi sebelum melebar ke gangguan yang lebih fatal lagi, dan sangat mungkin terjadi. Lebih-lebih bilamana guru yang berada di dalam kelas adalah seorang guru yang lemah lembut dan kurang berani menatap siswanya di kelas.
            b)  Gerak Mendekati
                            Perhatian guru kepada siswa sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar. Perhatian ini tidak hanya berupa pemberian sesuatu secara material, akan tetapi gerak mendekati siswa ketika siswa sedang belajar juga menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi siswa. Siswa akan merasa senang dan karena perasaan senangnya itu dapat melahirkan semangat untuk belajar semakin meningkat. Siswa akan merasa mendapat perhatian guru, bilamana dalam kegiatan belajar mengajar guru berjalan mendekati dan memeriksa hasil pekerjaannya kemudian memberikan penguatan yang positif. Maka akibat dari tindakan guru seperti ini memiliki dampak yang sangat baik sekali, dan siswa akan lebih termotivasi untuk belajar dengan sebaik-baiknya.
                            Tindakan guru untuk memberikan perhatian dengan cara mendekati hendaknya dilaksanakan secara kontinu, artinya setiap kali melaksanakan kegiatan belajar mengajar guru harus bersedia menerapkan hal ini secara berulang-ulang. Karena diketahui bahwa tindakan guru mendekati siswa pada saat siswa sedang mengerjakan tugas memiliki kesan positif dari siswa. Sejalan dengan itu Udin S. Winataputra (1997:8.28) menyatakan bahwa : "Disamping sebagai penguatan dan bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan, gerak mendekati yang dilakukan dengan tepat menunjukkan kesiagaan dan perhatian guru terhadap kegiatan belajar mengajar".
                            Gerak mendekati ini hendaknya dilaksanakan tepat pada waktunya, artinya bertepatan pada waktu siswa membutuhkan perhatian guru maka segeralah guru melaksanakannya dengan penuh kerelaan. Joyce Bruce and Marshe Well (1980) menyatakan bahwa : "Once in a while learn to walk to come near up at student assumed less to breathe life into so that at student x'self arise the x'self belief to can learn better." Artinya sesekali guru berjalan mendekati ke arah siswa yang dianggap kurang untuk memberikan semangat sehingga pada diri siswa timbul kepercayaan diri untuk dapat belajar dengan baik. Lebih-lebih gerak mendekati ini sangat diperlukan pada saat siswa sedang mengalami kesulitan khususnya bagi siswa yang lemah. Upaya guru untuk mendekati dengan memberikan bimbingan merupakan suatu upaya nyata memberikan perhatian dan dorongan sehingga diharapkan siswa dapat tergerak untuk berusaha semaksimal mungkin.
                            Berkenaan dengan upaya guru untuk mengadakan pendekatan kepada siswa, bersamaan itu pula guru harus memberikan motivasi kepada siswa yang bersangkutan. Gerak mendekati adalah usaha guru untuk memberikan bantuan dan penguatan, sehingga guru harus memberikan sesuatu yang mampu memberikan semangat belajar pads siswa. Janganlah guru membuat siswa menjadi lemah dan tidak bergairah dalam belajar lantaran guru mengucapkan kata-kata yang tidak tepat untuk siswa yang sedang mengalami kesulitan.
                            Pelaksanaan gerak mendekati ini dapat dilaksanakan setiap saat dengan cara berdiri disamping siswa atau berada diiengah-tengah siswa dan sejenisnya. Hasibuan dkk (1998:60) menyatakan bahwa : "Mendekatkan guru kepada siswa untuk menyatakan adanya perhatian dan kegembiraan terhadap hasil pekerjaanya, hal ini dapat dilaksanakan dengan cara berdiri di samping siswa, berjalan menuju kearah siswa, duduk dekat seorang atau kelompok siswa, berjalan di sisi siswa". Tindakan untuk bergerak mendekati ini harus dilaksanakan secara adil dan merata untuk semua siswa di kelas terutama bagi siswa yang sangat memerlukannya.
                            Upaya guru untuk mengadakan kontak secara langsung dengan setiap siswa maupun setiap kelompok dapat dilakukan dengan mengadakan gerak mendekati. Lebih lanjut Syaiful Bahri Djamarah (2000:150) menyatakan bahwa :
                            Gerak guru dalam posisi mendekati kelompok kecil atau individu menandakan kesiagaan, minat, dan perhatian guru terhadap tugas serta aktivitas anak didik. Gerak mendekati hendaknya dilakukan secara wajar bukan untuk menakut­nakuti, mengancam atau memberi kritikan dan hukuman.


            c)   Memberi Pernyataan
                            Belajar pada hakikatnya tergantung pada akibat yang ditimbulkannya, hal ini berarti bahwa pelajaran yang menyenangkan akan memberi kesan terhadap pemahaman siswa. Sebaliknya pelajaran yang kurang menyenangkan bagi siswa maka tidak dapat memberikan kesan apa-apa pada siswa. Bilamana siswa menerima pelajaran telah tumbuh perasaan senang, maka apapun yang diberikan guru akan dianggap oleh siswa tetap menarik perhatian dan ini dapat mengurangi ketegangan yang terjadi di kelas.
                            Slameto (2003:112) menyatakan bahwa : "Belajar dipengaruhi oleh frekuensi perjumpaan dengan rangsangan dan tanggapan yang sama, siswa menjadi makin baik penguasaannya jika kepada mereka diberikan kesempatan lebih banyak untuk mengulang atau berlatih". Dalam hal mengulang guru hendaknya memberikan pernyataan yang mampu menimbulkan semangat belajar pada diri siswa.
                            Memberi pernyataan dapat dilaksanakan pada saat-saat yang tepat, yaitu ketika siswa sedang mengerjakan tugas kemudian setelah guru berkeliling memeriksa basil pekerjaan siswa guru menyatakan sesuatu, misalnya bagus kalian telah bekerja dengan baik. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Dirjen Dikdasmen (1998:18) yang menyatakan bahwa : "Apabila satu tugas telah diselesaikan dengan baik oleh kelas.... guru memberi pernyataan "bapak senang sekali karena kalian telah menyelesaikan pekerjaan ini dengan baik".
                            Sering guru mengalami masalah dalam melaksanakan tugasnya di depan kelas, hal ini disebabkan oleh sikap anak didik yang kelewat nakal, tak mau dikendalikan dan bahkan ada yang melawan. Ketika menghadapi keadaan semacam itu maka guru dapat memberikan pernyataan, Misalnya "tolong kita hormati teman lain yang sedang belajar". Pernyataan yang diucapkan oleh guru hendaklah pernyataan yang menyejukkan, bukan pernyataan yang membuat siswa semakin berusaha untuk membuat suasana tetap menjadi tidak menyenangkan.
                            Sejalan dengan itu Syaiful Bahri Djamarah (2000:150) menyatakan bahwa :
                            Pernyataan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan oleh anak didik sangat diperlukan, baik berupa tanggapan, komentar, ataupun yang lain. Akan tetapi, harus dihindari hal-hal yang menunjukkan dominasi guru, misalnya dengan komentar atau pernytaan yang mengandung ancaman seperti : "Saya tunggu sampai kalian diam", "Saya atau kalian yang keluar", atau siapa yang tidak senang dengan pelajaran saya, silahkan keluar"
                            Pemberian pernyataan jika diberikan tepat pada waktunya maka akan menggerakkan siswa untuk dapat terus menerus belajar dan bekerja sebaik mungkin. Yang terpenting dalam hal ini adalah bagaimana guru mengulang agar kondisi semacam itu secara terus menerus terulang kembali. Pengulangan secara terus menerus inilah yang menyebabkan adanya kesan tersendiri bagi siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar.
            d)  Memberi Reaksi Terhadap Gangguan
                            Tidak selamanya suasana dalam proses belajar mengajar itu berjalan dengan tertib. Adakalanya terjadi keributan yang disebabkan oleh adanya ulah dari beberapa siswa di kelas yang menimbulkan keributan. Keributan merupakan salah satu gangguan yang terjadi di kelas, dan guru hendaknya segera tanggap menghadapi masalah ini. Respon guru jika terjadi sesuatu gangguan di kelas maka harus segera bertindak cepat untuk mengambil langkah-langkah antisipasi.
                            Langkah-langkah antisipasi yang mungkin dapat dilakukan oleh guru yaitu menenangkan siswa yang melakukan keributan dengan mengingatkan atau mendekati siswa yang bersangkutan. Kurang tepat bilamana upaya mengatasi gangguan itu dengan memberikan hukuman kepada siswa yang bersangkutan. Hukuman barn dapat boleh diberikan bilamana siswa yang bersangkutan telah melakukan tindakan yang membahayakan, seperti memukul temannya, melawan guru dan sejenisnya.
                            Memberikan teguran kepada siswa yang kurang perhatian atau melanggar tata tertib belajar merupakan suatu keharusan. Teguran yang diberikan hendaklah teguran yang mampu mengingatkan kembali akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai siswa. Jangan teguran yang diberikan itu teguran yang dapat membuat malu atau menjatuhkan siswa di depan teman-temannya. Oleh karena itu sangatlah diharapkan agar guru segera dapat mengatasi segala gangguan yang terjadi ketika sedang terjadi proses belajar mengajar.
                            Sejalan dengan itu Udin S. Winataputra (1997:8.29) menyatakan bahwa: "jika guru menyadari adanya siswa yang mengganggu atau tidak acuh terhadap pelajaran, guru memberikan reaksi berupa teguran halus yang jelas sasarannya dan dilakukan pada saat yang tepat". Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002:210) menyatakan bahwa : "Teguran perlu dilakukan oleh guru untuk mengembalikan keadaan kelas, dan teguran guru merupakan tanda bahwa guru ada bersama anak didik".
                            Kelas yang mendapat gangguan dari siswa sendiri harus segera diatasi agar tidak meluas lebih jauh. Untuk itu guru harus berani memberi teguran kepada siswa yang mengganggu dengan teguran yang santun. Bilamana terjadi sesuatu yang dirasakan mengganggu maka guru hendaknya memberikan teguran secepat mungkin dan tepat pada waktunya. Syaiful Bahri Djamarah (2000:151) menyatakan bahwa: "teguran perlu dilakukan guru untuk mengembalikan keadaan kelas. Teguran ini merupakan tanda bahwa guru ada bersama anak didik dan anak didik sadar akan keberadaan guru. Teguran haruslah diberikan pada saat dan sasaran yang tepat, sehingga mencegah meluasnya penyimpangan".
            2.   Membagi Perhatian
                            Proses belajar mengajar di kelas masih sangat memerlukan guru dan karena itu kehadiran guru merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pengajaran di kelas. Guru merupakan sosok orang dewasa yang diharapkan dapat membantu anak didik untuk mencapai cita-citanya, dan keberadaan guru di tengah-tengah siswa merupakan salah satu wujud adanya perhatian guru terhadap siswa.
                                  Dalam proses belajar mengajar, perhatian guru kepada siswa kaitannya dengan kegiatan pembelajaran di kelas merupakan sesuatu yang vital. Dalam hal ini Slameto (2003:35) menyatakan bahwa : "Dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru, dan perhatian akan lebih besar ada pada diri siswa yang memiliki minat dan bakat". Dengan demikian perhatian merupakan sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar.
            a)   Perhatian Secara Visual
                            Guru dituntut untuk dapat membagi perhatiannya kepada semua siswa tanpa kecuali. Perhatian yang diberikan ini hendaknya bertujuan untuk meningkatkan. aktivitas siswa dalam belajar. Selanjutnya merubah pandangan juga termasuk ke dalam salah satu bentuk perhatian. Menurut Udin S.Winataputra (1997:8.29) menyatakan bahwa : "Perhatian secara visual merupakan perhatian guru terhadap kegiatan siswa ditunjukan dengan mengalihkan pandangan dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain, baik kegiatan kelompok maupun kegiatan individual".
                            Membagi perhatian dengan cara mengubah pandangan maksudnya adalah bahwa ketika guru sedang memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok pertama, bersamaan itu pula guru melirik kearah kegiatan yang dilakukan oleh kelompok kedua. Usaha ini dilakukan dengan tidak meninggalkan kegiatan pada kelompok pertama tetapi juga dapat merekam aktivitas yang dilakukan oleh kelompok kedua.
                            Sejalan dengan itu Syaiful Bahri Djamarah (2000:151) menyatakan bahwa; "guru dapat mengubah pandangannya dalaff-memperhatikan kegiatan pertama sehingga is dapat melirik ke kegiatan kedua, tanpa kehilangan perhatian pada kegiatan pertama". Sejalan dengan itu Laurence Wrightsman (1972:46) menyatakan bahwa : "Teacher attention can be conducted by together to see the activity done by other; dissimilar group with do not. lessen the meaning from itself attention. Artinya Perhatian guru dapat dilakukan secara bersama-sama untuk melihat aktivitas yang dilakukan oleh kelompok lain dengan tidak mengurangi makna dari perhatian itu sendiri.
            b)  Cara Guru Menimbulkan Perhatian Secara Verbal
                            Pada. dasarnya siswa merasa senang apabila setiap kegiatan yang dilakukan senantiasa mendapat perhatian dari guru. Dengan perhatian ini siswa akan terhindar dari kesalahan yang sangat jauh, karena begitu siswa melakukan kesalahan, maka guru telah ada di samping siswa untuk segera mempebaiki kesalahn tersebut, sehingga siswa tidak akan melakukan penyimpangan yang berlarut-larut.
                            Perhatian guru kepada siswa tidak selamanya harus berupa kontak pandang, ucapan dari guru yang dilontarkan dengan tujuan untuk membangkitkan motivasi juga merupakan suatu perhatian. Perhatian yang dilaksanakan oleh guru kepada siswa melalui komentar, misalnya "pekerjaan bagus sekali" dan sebagainya disebut sebagai perhatian verbal. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002:211) menyatakan bahwa: "guru dapat memberi komentar, penjelasan, dan sebagainya terhadap aktivitas anak didik pertama sementara is memimpin dan terlibat supervise pada 'Aktivitas anak didik yang lain".
      3.   Memusatkan Perhatian Siswa
                       Guru adalah seorang yang profesional, dikatakan demikian karena untuk menjadi seorang guru harus melalui pendidikan tertentu dan tidak dapat diperoleh tanpa adanya pendidikan keguruan. Dalam menjalankan tugasnya guru senantiasa bergaul dengan siswa sebagai peserta didik, dan pergaulan yang dilakukan lebih banyak dilaksanakan di sekolah. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik maka pergaulan antara guru dengan siswa harus memiliki makna dan kesan tersendiri dan kesan itu akan lebih terasa bilamana apa yang diajarkan guru dapat diterima dan dipahami secara baik oleh siswa.
                       Berkenaan dengan pemberian didikan kepada siswa, maka guru harus mampu menumbuhkan perhatian siswa kepada apa yang sedang diajarkan. Pemusatan perhatian sangat diperlukan dalam setiap proses belajar mengajar, sebab dengan pemusatan perhatian akan menghasilkan suatu pemahaman konsep secara utuh dan menyeluruh. Karena itu maka guru harus secara terus menerus menumbuhkan pada diri siswa agar selalu memusatkan perhatian pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
                       Pemusatan perhatian pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan, dan dengan pemusatan perhatian ini siswa akan lebih mudah menerima dan memahami konsep bahan ajar yang diberikan oleh guru. Sehubungan dengan pemusatan perhatian tersebut, Ahmad Rohani (2004:21) menegaskan bahwa dengan adanya pemusatan perhatian, maka :
            a)   Akan membangkitkan minat peserta didik untuk menaruh perhatian dalam pengajaran dan menimbulkan daya konsentrasi itu sendiri.
            b)  Dapat mengorganisasikan bahan pelajaran yang menjadi suatu problem yang mendorong peserta didik selalu aktif dalam hal mengamati, menyelidiki, memecahkan dan menentukan jalan penyelesaiannya sekaligus bertanggung jawab atas tugas yang diserahkan kepadanya
            c)   Dapat memberikan struktur bahan pelajaran sehingga merupakan totalitas yang bermakna bagi peserta didik yang dapat digunakan untuk menghadapi lingkungan tempat ia hidup.
                       Kewajiban guru dalam proses belajar mengajar adalah membangkitkan semangat belajar siswa serta berusaha untuk memusatkan perhatian siswa. Hal ini berarti bilamana ada siswa yang tidak menunjukkan keseriusannya dalam belajar, maka guru wajib memberikan teguran agar tidak berlarut-larut pada situasi belajar mengajar yang tidak kondusif. Perhatian siswa harus dirangsang agar dapat muncul pada setiap saat. Slameto (2003:36) menyatakan bahwa : "perhatian tidak langsung baru dapat timbul bila dirangsang oleh guru dengan penyajian pelajaran yang menarik".
            a)   Menyiagakan Siswa
                            Belajar memerlukan kesiapan pada diri siswa, dan kesiapan yang dimaksud adalah kesiapan secara fisik maupun kesiapan secara psikis. Kesiapan secara fisik menyangkut kesehatan siswa, dan kesiapan secara psikis menyangkut tentang sikap, minat, dan motivasi. Kesiapan fisik dan psikis sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan kesiapan tersebut siswa dapat belajar selama berlangsungnya proses belajar mengajar di sekolah.
                            Menyiagakan siswa bermakna bahwa sebelum proses belajar mengajar berlangsung hendaknya siswa terlebih dahulu harus disiapkan sedemikian rupa schingga ketika proses belajar mengajar berlangsung maka siswa telah siap menerima pelajaran dengan baik. Upaya untuk menyiagakan siswa diantaranya adalah menyiapkan kondisi belajar mengajar supaya menyenangkan dan menarik. Jika suasana belajar mengajar telah disiapkan dengan baik, suasana belajar penuh dengan keharmonisan, maka siswa secara otomatis merasa senang dan akhirnya siswa dapat belajar dengan sebaik-baiknya.
                            Guru bertugas menyiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan kegiatan belajar mengajar, seperti guru harus sudah menyiapkan tugas yang akan dikerjakan oleh siswa, selain itu guru jugs harus telah menyiapkan media yang akan digunakan untuk menyiagakan siswa dalam belajar. Udin S. Winataputra (1997:8.29) menyatakan bahwa : "Sebelum melakukan tugas, siswa "disiagakan" terhadap tugas yang akan dikerjakan dengan menciptakan situasi yang menarik atau menantang, yang berkaitan dengan tugas yang akan dikerjakan".
                            Dengan menyiagakan siswa berarti guru telah berusaha untuk memberikan pengetahuan siap kepada peserta didik. Ini berarti keperluan siswa secara minimal untuk dapat belajar dengan sebaik-baiknya telah disiapkan oleh guru. Selanjutnya pengembangan terhadap kemampuan akademik dapat dilaksanakan seiring dengan kesiapsiagaan siswa untuk belajar.
            b)  Pertanggung jawaban
                            Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan interaktif antara siswa dengan guru, dan dalam suasana yang interaktif tersebut guru memberikan sejumlah tugas atau pekerjaan yang harus diselesaikan oleh siswa. Terhadap tugas yang diberikan kepada siswa ini, maka siswa mempunyai kewajiban untuk menyelesaikannya dengan baik. Penyelesaian tugas dengan baik ini berarti siswa mau dan dapat diajak untuk berkembang, dan inilah sesungguhnya hakikat dari kegiatan belajar mengajar.
                            Dalam menyelsaikan tugas yang dibebankan kepada siswa, maka siswa dituntut tanggung jawabnya. Artinya sejauh mana siswa mau menyelesaikan tugas guru adalah merupakan bentuk nyata dari tanggung jawab siswa sebagai pelajar. Sehubungan dengan itu B. Suryosubroto (2002:163) menyatakan bahwa : "Setiap tugas yang disiapkan untuk siswa, maka siswa harus dituntut tanggung jawabnya untuk dapat menyelesaikannya sesuai dengan maksud tugas yang diberikan tersebut".
                            Lebih lanjut dalam pemberian tugas khususnya tugas yang berkenaan dengan mata pelajaran yang diajarkan tersebut, siswa harus mampu membuktikan kepada guru bahwa tugas telah dikerjakan dengan baik. Udin S. Winataputra (1997:8.29) menyatakan bahwa : "Setiap pemberian tugas siswa harus tahun dengan pasti bukti apa yang harus ditunjukkannya bahwa ia telah mengerjakan tugas tersebut". Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002:212) menyatakan bahwa : "Guru meminta pertanggung jawaban anak didik atas kegiatan dan keterlibatannya dalam suatu kegiatan".
                            Dari pendapat di atas jelas bahwa pertanggung jawaban siswa dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar harus dibuktikan dengan suatu kegiatan nyata, misalnya siswa harus mampu menunjukkan bukti bahwa ia telah menyelesaikan tugas yang harus dikerjakan. Dengan pembuktian tersebut, berarti siswa telah mampu mempertanggung jawabkan atas segala kegiatan yang diberikan kepadanya.
            c)   Pengarahan dan Petunjuk yang Jelas
                            Sering dijumpai adanya ketidak berhasilan siswa dalam mengerjakan suatu tugas yang diberikan, dan ketidak berhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas tersebut. setelah dikaji dengan seksama, maka kesalahan terletak pada perintah. Perintah untuk menyelesaikan tugas harus seringkali diulang agar tidak menimbulkan persoalan baru. Ketidakjelasan dalam memberikan petunjuk dapat menyebabkan kegagalan siswa dalam mengerjakan tugas.
                            Memberikan petunjuk untuk menyelesaikan tugas harus secara terus menerus diperhatikan dan disampaikan, agar siswa menjadi paham benar dengan apa yang dikehendaki. Ketidakjelasan petunjuk akan menyebabkan kebingungan pada diri siswa, dan akibatnya hasil dari penyelesaian tugas itu sendiri menjadi tidak sesuai dengan harapan. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002:212) menyatakan bahwa : "Guru harus seringkali memberi pengarahan dan petunjuk yang jelas dan singkat dalam memberikan pelajaran kepada anak didik, sehingga tidak terjadi kebingungan pada diri anak didik".
                            Oleh karena itu hal penting yang harus diperhatikan oleh guru ketika memberikan tugas kepada siswa, adalah bagaimana guru memberikan petunjuk secara jelas kepada siswa agar siswa dapat mengerjakan tugas sesuai dengan permintaan guru. Petunjuk yang baik adalah petunjuk yang mudah dimengerti oleh siswa, yaitu petunjuk dengan menggunakan bahasa mudah yang singkat tidak bertele-tele. Berkenaan dengan itu Udin S. Winataputra (1997:8.30) menyatakan bahwa: "petunjuk yang jelas, singkat, mudah dimengerti oleh siswa akan sangat membantu kelancaran tugas yang harus dikerjakan oleh siswa hingga kondisi belajar dapat dioptimalkan".
            d)  Penghentian
                            Proses belajar mengajar adalah proses interaksi antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Proses interaksi tersebut mengharuskan adanya komunikasi yang baik antara semua pihak yang ada di kelas. Diakui bahwa tidak selamanya proses interaksi itu tertib, adakalanya dalam proses interaksi tersebut terjadi kegaduhan ataupun keributan. Suasana keributan ini dapat menyebabkan terganggunya kegiatan belajar mengajar.
                            Merupakan sesuatu yang wajar bilamana dalam proses belajar mengajar itu terjadi keributan, dan keributan yang dapat ditolerir dalam hal ini adalah keributan yang terjadi dalam membahas materi pelajaran. Akan tetapi bilamana keributan itu sendiri terjadi karena persoalan lain yang tidak ada kaitannya dengan masalah belajar, maka keributan seperti itu harus segera dicegah, dengan memberikan teguran dan atau peringatan, yang dilanjutkan dengan penghentian memberikan informasi jika suasana benar-benar tidak dapat dikendalikan.
                            Dalam hal menjalankan tugasnya sebagai pendidik, maka guru dibolehkan untuk memberikan teguran kepada semua siswa yang benar-benar melanggar tata tertib belajar. Siapapun mereka jika melakukan tindakan tidak disiplin maka guru harus berani menegurnya dengan memberikan saksi ataupun peringatan. Jika terhadap keributan yang ditimbulkan oleh siswa tidak segera diatasi oleh guru, akan menyebabkan keributan yang lebih besar lagi.
                            Ketika memberikan teguran kepada siswa, harus adil artinya siapapun mereka bilamana mengganggu atau membuat keributan harus ditegur sebagaimana mestinya. Udin S. Winataputra (1997:8.30) menyatakan bahwa : "Teguran yang efektif haruslah tegas dan jelas tertuju kepada siswa tertentu, tidak kasar, tidak menyakitkan, tidak bersifat menghina, clan tidak merupakan ocehan atau ejekan". Dalam hal ini guru harus berpijak pada prinsip bahwa teguran yang diberikan kepada siswa semata-mata untuk mengingatkan kepada siswa yang bersangkutan bahwa belajar dengan tertib itu sangat penting artinya. Karena itu jangan ada yang merasa sakit hati atau tersinggung bilamana nanti mendapatkan teguran dari guru.
                            Untuk memulihkan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran, guru dibenarkan untuk diam sejenak atau penghentian agar siswa yang telah melakukan tindakan pelanggaran disiplin dalam belajar menyadari bahwa guru sedang menegur secara halus. Pelanggaran disiplin yang dimaksudkan dalam hal ini adalah misalnya siswa ribut, atau melakukan tindakan-tindakan seperti bergendang, mondar-mandir di dalam kelas, atau hal-hal lain yang sejenis. Akibat dari tindakannya itu dapat mengganggu konsentrasi belajar teman yang lainnya. Sehingga terhadap hal ini guru harus segera dapat memulihkan siatuasi belajar dengan melakukan penghentian sejenak.
            e)   Penguatan
                            Penguatan di dalam proses pembelajaran memiliki peran yang cukup baik, karena dengan pemberian penguatan kepada siswa yang sedang belajar diyakini mampu untuk meningkatkan motivasi sehingga akibatnya aktivitas belajar dapat meningkat. Disamping aktivitas belajar meningkat, maka prestasi belajar jugs dapat ditingkatkan.
                            Keberhasilan dalam proses belajar mengajar tidak semata-mata tergantung dari bagaimana guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi juga dapat ditentukan oleh kepedulian guru terhadap apa yang dirasakan oleh siswanya. Sebagai contoh, siswa ingin menclapatkan penghargaan dari gurunya atas prestasi yang telah dicapainya, dan keberhasilan ini hendaknya mendapat pengakuan dan pujian dari guru. Pemberian penghargaan yang dimaksud oleh siswa tidak berupa materi atau dalam bentuk uang, akan tetapi penghargaan yang diinginkan oleh siswa adalah penghargaan berupa pengakuan.
                            Pemberian penghargaan harus disampaikan kepada siswa tepat pada waktunya, dan penghargaan yang diberikan setelah lewat waktu tidak akan memberikan dampak apa-apa kepada siswa yang berhasil. penghargaan ini dapat diberikan berupa ucapan, atau kata-kata, dan ada juga yang berupa sentuhan. Apapun yang diberikan guru, yang penting adalah bahwa penghargaan ini sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar.
                            Penghargaan yang dimaksud diatas dikenal dengan istilah penguatan. penguatan merupakan pemberian sesuatu baik secara verbal maupun non verbal yang tujuannya agar siswa mampu mengulang tindakan dan atau perbuatan yang dinyatakan berhasil secara terus menerus. Udin S. Winataputra (1997:8.30) menyatakan bahwa : "Penguatan diberikan atas perilakunya yang baik, agar siswa yang bersangkutan dapat mengulang perbuatannya yang serupa".

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Host